Global Warming (Pemanasan Global)
Sebagian besar sumber energi di bumi berasal dari matahari. Matahari menghasilkan energi cahaya dan energi panas. Energi ini dipancarkan ke bumi dan menjadi sumber energi terbesar di bumi. Cahaya matahari selain untuk menerangi bumi, juga digunakan oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis. Sedangkan panas matahari untuk menghangatkan bumi dan dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia seperti mengeringkan pakaian, ikan, dan diubah menjadi energi listrik.
Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi, sebagian akan diserap oleh permukaan bumi dan sebagian lagi akan di pantulkan ke atmosfer. Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi. Panas yang dipantulkan oleh bumi ke atmosfer sebagian akan tembus ke ruang angkasa dan sebagian lagi akan dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Pemantulan panas oleh atmosfer karena di atmosfer terdapat gas-gas yang bersifat menyerap panas dan memantulkannya kembali seperti kaca. Gas-gas ini disebut gas rumah kaca yang terdiri atas uap air, karbondioksida (CO2), dan metana.
Proses Pemanasan Global
Gas rumah kaca ini akan menyerap dan memantulkan kembali panas yang dipantulkan permukaan bumi. Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Karena proses pemanasan permukaan bumi ini seperti pemanasan yang terjadi pada rumah kaca maka sering disebut sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini sebenarnya sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup yang ada di bumi. Dengan adanya efek rumah kaca maka planet bumi menjadi hangat. Diperkirakan bila tidak ada efek rumah kaca maka suhu bumi bisa mencapai -180 C sehingga permukaan bumi akan tertutup oleh es.
Permasalahan muncul ketika jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfer berlebihan. Hal ini akan menyebabkan permukaan bumi semakin panas yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Data hasil penelitian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,180 C - 0,740 C selama seratus tahun terakhir. Peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan permukaan bumi inilah yang disebut Pemanasan Global (Global Warming). IPCC merupakan suatu lembaga Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang terdiri dari 1.300 ilmuwan.
Peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan akan semakin meningkat sekitar 1,10 C – 6,40 C dalam periode tahun 1990 – 2100. Peningkatan suhu ini diperkirakan akan tetap berlanjut selama seribu tahun walaupun gas-gas rumah kaca telah dikurangi. Hal ini karena permukaan bumi sebagian besar berupa lautan. Air laut bersifat lama melepaskan panas.
Penyebab Pemanasan Global
Penyebab utama pemanasan global adalah meningkatnya jumlah gasgas rumah kaca di atmosfer yang membuat permukaan bumi semakin panas. Ada 3 buah gas rumah kaca yang diduga menjadi penyebab pemanasan global yaitu gas karbondioksida, uap air, dan metana.
Gas Karbondioksida
Gas karbondioksida (CO2) merupakan penyumbang terbesar gas rumah kaca diatmosfer. Jumlah CO2 di atmosfer setiap tahunnya terus meningkat. Dari masa pra-industri (zaman belum ditemukannya mesin) sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah jumlah CO2 yang seharusnya ada di atmosfer. Secara alamiah, jumlah karbondioksida selama 650 tahun meningkat sebesar 180 – 300 ppm. Namun dalam waktu lima tahun terakhir (1995 – 2005) jumlah CO2 meningkat cepat menjadi 1,9 ppm per tahun. Bila dijumlahkan selama 650 tahun maka jumlahnya menjadi 1.235 ppm. Hampir 5 kali lipat jumlah CO2 yang seharusnya ada di atmosfer. Jumlah CO2 yang semakin banyak akan membuat permukaan bumi semakin panas.
Asap Pabrik Menghasilkan Karbondioksida (CO2)
Tidak mengherankan bila jumlah CO2 meningkat pesat. Semenjak masa industri (ditemukannya mesin) aktivitas manusia dalam menggunakan bahan bakar fosil semakin meningkat. Bahan bakar fosil dapat berupa batu bara dan hasil olahan minyak bumi seperti bensin, solar, aftur, dan minyak tanah. Pembakaran bahan bakar fosil untuk mengerakkan mesin pabrik, mobil, motor, kereta, pesawat, dan untuk memasak akan menghasilkan gas CO2. Gas ini akan naik ke atas dan berkumpul di atmosfer. Gas CO2 bersifat menyerap dan memantulkan panas sehingga dimasukkan sebagai salah satu gas rumah kaca. Gas CO2 yang berada di atmosfer sulit diuraikan menjadi gas lain dan membutuhkan waktu yang lama. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan jumlah gas CO2 di atmosfer semakin cepat.
Ada satu makhluk hidup yang dapat mengubah gas CO2 menjadi gas oksigen dalam waktu yang relatif cepat. Makhluk hidup itu adalah tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan di daun oleh tumbuhan dengan bantuan cahaya matahari. Bahan dasar fotosintesis berupa air dan gas karbondioksida (CO2). Kedua bahan ini kemudia diolah di daun oleh tumbuhan sehingga menjadi zat gula (karbohidrat/amilum) dan gas oksigen (O2). Oksigen digunakan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia dan hewan untuk bernafas. Secara alamiah, alam telah membentuk suatu sistem kehidupan yang seimbang. Keberadaan tumbuhan hijau akan dapat mengurangi jumlah CO2 di atmosfer sehingga pemanasan global dapat dikendalikan.
Selain penggunaan bahan bakar fosil, aktivitas manusia yang turut serta menyebabkan peningkatan jumlah CO2 di atmosfer adalah usaha perubahan permukaan tanah. Perubahan tanah yang dilakukan oleh manusia antara lain pembukaan lahan, penebangan hutan, dan pembakaran hutan. Pembakaran hutan akan menghasilkan gas CO2 dan mengurangi jumlah tumbuhan hijau yang dapat mendaur ulang CO2 menjadi oksigen (O2). Punahnya hutan merupakan bencana bagi manusia karena hutan merupakan penghasil oksigen terbesar di bumi. Apabila tidak ada oksigen di bumi, maka semua makhluk hidup tidak bisa bernafas dan akhirnya mati.
Uap Air
Pemanasan permukaan bumi yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah CO2 di atmosfer akan mengakibatkan air permukaan banyak yang menguap. Uap air merupakan salah satu gas rumah kaca. Uap air akan berkumpul di atmosfer membentuk awan. Awan yang tersusun dari uap air bersifat seperti kaca yang dapat memantulkan panas. Jika awan dilihat dari atas, maka awan akan memantulkan sebagian panas matahari ke ruang angkasa. Pemantulan panas oleh awan bagian atas akan mengurangi panas matahari yang sampai ke permukaan bumi.
Namun, apabila awan dilihat dari bawah maka awan akan menambah pemanasan permukaan bumi. Mengapa? Panas yang dipantulkan oleh permukaan bumi ke ruang angkasa akan terhalang oleh awan. Awan akan memantulkan panas kembali ke permukaan bumi sehingga bumi akan semakin panas. Panasnya permukaan bumi yang berlebihan akan menyebabkan es di dekat kutub mencair. Padahal es di dekat kutub mempunyai kemampuan memantulkan panas yang baik. Air merupakan benda yang bersifat lama melepaskan panas. Mencairnya es menjadi air akan menyebabkan semakin panasnya bumi sehingga es yang mencair semakin banyak.
Metana
Pernahkah kalian buang angin? Tentu saja pernah kan? Gas dengan bau tidak sedap yang keluar dari tubuhmu saat buang angin itu adalah gas metana. Gas metana yang keluar dari tubuhmu merupakan gas yang dihasilkan oleh bakteri E. Coli dalam mencerna makanan di dalam usus besar. Selain manusia, hewan juga menghasilkan gas metana sebagai gas sisa proses pencernaan makanan dalam tubuh.
Gas metana yang dihasilkan oleh hewan peternakan tergolong sangat besar jumlahnya. Metana yang dilepaskan ke udara pada proses pencernaan hewan ternak mencapai 86 juta ton setiap tahunnya di seluruh dunia. Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan mencapai 18 juta ton setiap tahunnya. Gas metana mempunyai efek pemanasan 23 kali lebih kuat dari pada CO2 dalam jangka waktu 100 tahun. Efek pemanasan oleh gas metana akan lebih besar menjadi 72 kali lebih kuat dari pada CO2 dalam jangka waktu 20 tahun.
Dampak Pemanasan Global
Es Di Kutub Mencair
Es merupakan benda padat yang dapat berubah menjadi cair (mencair) jika terkena panas. Daerah di kutub utara dan selatan semuanya tertutup es abadi. Es ini dapat mencair jika mendapatkan panas yang sangat tinggi. Pemanasan global akan membuat daerah kutub utara yang dipenuhi oleh es akan lebih panas dari pada daerah lain di permukaan bumi. Pemanasan ini akan mengakibatkan gunung-gunung es mencair. Es yang menutupi perairan di sekitar kutub akan mencair sehingga akan lebih sedikit es yang mengapung di daerah perairan. Daerah yang biasanya mengalami hujan salju akan bergeser menjadi tidak pernah hujan salju lagi. Pada daeah yang puncak gunungnya tertutup salju akan lebih cepat mencair.
Es Kutub Mencair
Naiknya Permukaan Air Laut
Salah satu satu sifat zat cair adalah mengembang atau bertambah volumenya jika dipanaskan. Peningkatan panas permukaan bumi tentu akan membuat air laut semakin panas sehingga air laut akan mengembang atau bertambah volumenya. Bertambahnya volume air laut akan meninggikan permukaan air laut. Pencairan es di daerah kutub juga turut serta menambah volume air laut. Tinggi permukaan air laut telah bertambah 10 cm – 25 cm selama abad ke-20. Tinggi permukaan air laut diperkirakan akan bertambah lagi 9 cm – 88 cm pada abad ke-21.
Cuaca Tidak Stabil
Peningkatan panas permukaan bumi akan menyebabkan air uang menguap semakin banyak. Uap air merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyerap dan memantulkan panas. Uap air akan naik ke atmosfer dan berkumpul membentuk awan. Semakin banyak awan yang terbentuk maka akan semakin sering terjadinya hujan. Curah hujan (jumlah terjadinya hujan) di dunia telah meningkat 1 persen selama seratus tahun terakhir. Angin akan bertiup kencang dan badai pun akan sering terjadi. Cuaca menjadi sulit diperkirakan dan akan lebih ekstrim. Ekstrim artinya berlebihan, jika cuaca panas maka akan terasa panas sekali dan jika cuaca dingin maka akan terasa sangat dingin.
EkosistemTidak Stabil
Semakin panasnya permukaan bumi membuat hewan bermigrasi ke daerah kutub dan puncak gunung. Migrasi disebabkan karena habitatnya menjadi terlalu hangat/panas sehingga hewan akan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Beberapa species hewan akan musnah karena
tidak bisa bermigrasi dengan cepat. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya karena habitat lamanya terlalu hangat/panas. Musnahnya beberapa hewan dan tumbuhan tentu akan membuat ekosistem terganggu atau tidak stabil karena aliran energi dari tumbuhan ke hewan dan ke makhluk hidup lain akan terputus.
Gangguan Kesehatan
Dampak pemanasan gelobal yang berupa cuaca tidak stabil akan membuat para petani gagal panen. Masyarakat akan sulit memperoleh bahan makanan sehingga muncul kelaparan dan kekurangan gizi (malnutrisi). Perubahan cuaca yang berlebihan (ekstrim) dan naiknya permukaan air laut akan menyebabkan bencana banjir, badai, dan kebakaran. Bencana alam ini biasanya disertai dengan munculnya berbagai macam penyakit seperti diare, penyakit kulit, dan demam berdarah. Meningkatnya jumlah gas CO2 yang berasal dari hasil pembakaran pabrik, kendaraan, dan kebakaran hutan menyebabkan polusi udara. Polusi udara ini memunculkan berbagai penyakit
pernafasan berupa asma, alergi, paru-paru kronis dan lainnya.
Apa Yang Harus Kita Lakukan?
Mengubah Gas CO2 Menjadi Oksigen
Cara termudah untuk mengurangi jumlah gas CO2 adalah dengan menanam tumbuhan hijau sebanyak-banyaknya. Tumbuhan akan mengubah gas CO2 melalui fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Gas CO2 terdiri atas karbon (C) dan oksigen (O2) yang saling berikatan. Fotosintesis akan mengubah karbon menjadi bahan makanan yang akan disimpan pada batang tumbuhan. Sedangkan O2 akan dilepaskan ke udara sehingga dapat digunakan oleh makhluk hidup lain untuk bernafas.
Akhir-akhir ini, hutan yang merupakan kumpulan berbagai tumbuhan hijau mulai berkurang karena ditebang dan dibakar oleh manusia. Banyak sekali hutan yang ditebang dan dan dibakar untuk memperluas lahan pertanian dan pemukiman. Berkurangnya luas hutan di dunia berarti jumlah tumbuhan akan semakin berkurang. Tumbuhan merupakan satu-satunya makhluk hidup yang dapat mengubah gas CO2 menjadi gas oksigen (O2). Apabila jumlah tumbuhan berkurang, maka jumlah gas CO2 di udara semakin banyak dan tidak bisa dikurangi. Oleh karena itu, program reboisasi (penghijauan) harus terus dilakukan demi kehidupan di masa depan.
Mengurangi Jumlah Produksi Gas CO2
Selain melakukan reboisasi, untuk mengurangi jumlah gas CO2 dapat dilakukan dengan mengurangi produksi gas CO2. Produksi gas CO2 kebanyakan berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Penggunaan berbagai energi alternatif seperti biogas, biodiesel, dan bioetanol akan dapat mengurangi produksi gas CO2 yang dihasilkan. Penggunaan gas LPG sebagai bahan bakar dalam memasak lebih sdikit menghasilkan gas CO2 jika dibandingkan menggunakan minyak tanah atau batu bara. Energi nuklir juga dapat kita jadikan sebagai energi alternatif karena tidak menghasilkan gas CO2. Hemat dalam menggunakan bahan bakar dan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor merupakan langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah gas CO2. Dengan demikian, pemanasan global dapat dikurangi dan kehidupan di bumi dapat tetap berlangsung.
Artikel Global Warming versi pdf download